Beritanusantara.co, Jakarta – Founder Oriental Circus Indonesia (OCI) sekaligus Komisaris Taman Safari Indonesia, Tony Sumampau, mengelak tudingan bahwa pihaknya melakukan praktik eksploitasi dan perbudakan terhadap para pemain sirkus di bawah naungan OCI.
Ia menegaskan, proses latihan di sirkus memang memerlukan kedisiplinan tinggi yang kerap kali melibatkan tindakan tegas, namun ia menyebut hal tersebut wajar dalam dunia olahraga dan bukan bentuk kekerasan yang disengaja.
“Betul, pendisiplinan itu kan dalam pelatihan ya, pasti ada. Saya harus akui. Cuma kalau sampai dipukul pakai besi, itu nggak mungkin,” ujar Tony, Kamis (17/4).
Tony juga menepis tudingan soal penyiksaan yang dialami mantan pemain sirkus.
Dia menyebut hal itu sebagai upaya sensasionl dan tidak logis, yang bertujuan menarik simpati publik.
“Kalau dibilang penyiksaan, ya itu membuat sensasi saja. Supaya orang yang dengar jadi kaget, serius gitu ya. Kalau benar-benar seperti itu, ya tidak masuk akal,” ucapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Tony juga menjelaskan bahwa metode pelatihan di dunia sirkus, termasuk di OCI, tidak jauh berbeda dengan standar pelatihan di cabang olahraga lain, seperti senam atau bela diri.
“Kalau kita salah, ya pasti gurunya akan koreksi dengan keras. Karena salah sedikit bisa mencelakakan diri sendiri, apalagi di atraksi salto dan sebagainya,” katanya.
Saat ditanya mengenai bentuk hukuman dalam latihan, Tony menyebut tindakan itu lebih bersifat pengingat agar postur atlet tetap sempurna dan aman saat beraksi.
“Biasanya cuma diingatkan, misalnya kakinya harus lurus. Kalau nggak lurus nanti ngayunnya bengkok. Kadang pakai rotan, ya itu memang biasa di latihan akrobatik atau senam indah,” jelasnya.
Tony menegaskan, disiplin yang diterapkan dalam pelatihan bertujuan menjaga keselamatan pemain, bukan menyakiti, apalagi mengeksploitasi.
“Kalau kita malas dan salah, bisa jatuh. Jadi itu semua bagian dari tanggung jawab kita mendidik atlet sirkus supaya terampil dan selamat saat tampil,” pungkasnya. (H/BN)