23/10/24
Beritanusantara.co, Samarinda – KPU Kaltim perlu usaha lebih untuk mendongkrak partisipasi masyarakat (parmas) di Pemilihan Gubernur (Pilgub) November mendatang.
Komisioner KPU Kaltim Divisi Sosialisasi Pendidikan Pemilih, Parmas dan Sumber Daya Manusia Abdul Qayyim Rasyid mengatakan ada perbedaan signifikan yang membuat persentase parmas pada pemilu serentak selalu lebih tinggi ketimbang pemilihan kepala daerah (pilkada). Salah satunya adanya pemilihan presiden (Pilpres) dalam pemilu serentak.
“Pemilih dalam pilpres itu bisa dari mana pun dan bisa mencoblos di mana pun selama memiliki KTP-el selama tersedia surat suara di TPS yang dituju pemilih,” ucapnya.
Dengan digelarnya serentak di 11 jenis pemilihan, dari Pilgub Kaltim dan pemilihan bupati/pemilihan wali kota di 10 kabupaten/kota se-Kaltim jelas akan cukup berdampak positif pada persentase parmas nantinya.
Antusias memilih memang selalu lebih tinggi saat pilpres yang berskala nasional. Tak sampai disitu, persentase parmas selalu bisa menyentuh atau melebih target yang dipatok lantaran banyaknya peserta pileg yang digelar di waktu bersamaan.
”Banyaknya jumlah peserta memang cukup memengaruhi,” lanjutnya.
Lalu, bagaimana dengan fenomena kolom kosong atau peserta tunggal dalam pilkada. Qayyim enggan berandai-andai dan menurutnya melorot atau tidaknya parmas belum bisa diukur jika hal itu terjadi nanti lantaran banyak penyebab rendahnya partisipasi.
“Kami masih menginventarisasi potensi penyebabnya apa saja karena setiap edisi kepemiluan punya perbedaan dalam penanganannya,” akunya.
Untuk target di Pilgub Kaltim 2024, KPU Kaltim masih meramu persentase target parmas yang perlu dicapai sembari menunggu penetapan target nasional dari KPU RI.
“Pada dasarnya, kami tak bisa memaksa masyarakat harus menggunakan hak pilihnya. KPU bertugas mengedukasi dan mensosialisasikan pentingnya pemilihan kepala daerah ini untuk pembangunan daerah lima tahun ke depan,” tutupnya.(H/BN)