Scroll untuk baca artikel
AdvertorialDaerahKalimantan Timur

Cegah Pelecehan Sejak Dini, Damayanti Serukan Kolaborasi

×

Cegah Pelecehan Sejak Dini, Damayanti Serukan Kolaborasi

Sebarkan artikel ini
Damayanti Anggota DPRD Kaltim.

Beritanusantara.co, Samarinda – Maraknya kasus kekerasan dan pelecehan di Kalimantan Timur (Kaltim) mendorong Anggota Komisi IV DPRD Kaltim, Damayanti, untuk menyuarakan pentingnya kerja sama lintas sektor. Dalam pernyataannya pada pertengahan Mei 2025, Damayanti menegaskan bahwa upaya melawan kekerasan harus melibatkan pemerintah, masyarakat, dan organisasi sosial demi menciptakan lingkungan yang aman dan berkeadilan bagi semua.

“Ini persoalan serius. Jangan takut untuk melapor, karena kekerasan bukanlah sesuatu yang harus disembunyikan,” ujar Damayanti dalam keterangannya di Samarinda. Pernyataan ini muncul di tengah lonjakan jumlah kasus yang dilaporkan di Kaltim, berdasarkan data Simfoni Perlindungan Perempuan dan Anak yang mencatat peningkatan signifikan dari 551 kasus pada 2021 menjadi 1.108 kasus pada 2023. Hingga Juli 2024 saja, sudah tercatat 569 kasus, yang menunjukkan masih tingginya angka kekerasan di wilayah ini.

Menanggapi situasi tersebut, Damayanti tengah menggagas kurikulum pendidikan seksual khusus bagi anak usia dini. Ia menilai bahwa pemahaman sejak dini tentang batasan tubuh dan hak atas tubuh pribadi dapat menjadi langkah preventif yang kuat dalam menghadapi ancaman kekerasan seksual.

“Pendidikan semacam ini akan membantu anak-anak mengenali hak atas tubuh mereka, serta memberi keberanian untuk melindungi diri,” tegasnya.

Selain itu, ia mendorong peningkatan kesadaran masyarakat dalam hal pelaporan. Menurut Damayanti, tingginya angka laporan bukan berarti kekerasan semakin merajalela, melainkan menunjukkan bahwa masyarakat mulai berani bersuara dan melindungi sesama.

“Banyak kasus tersembunyi seperti fenomena gunung es. Kita perlu menciptakan lingkungan yang mendukung korban untuk bersuara,” tambahnya.

Damayanti menekankan bahwa tidak ada satu solusi tunggal untuk menghentikan kekerasan. Kolaborasi aktif antar-sektor dibutuhkan untuk menghapus stigma, memperkuat layanan perlindungan, serta memperluas akses terhadap informasi dan edukasi. Menurutnya, negara harus hadir tidak hanya dalam bentuk regulasi, tetapi juga dalam tindakan konkret di lapangan.
Dengan semangat ini, ia berharap Kaltim—yang dikenal sebagai Benua Etam—bisa menjadi pelopor daerah ramah anak dan perempuan di Indonesia.

“Langkah kecil seperti pendidikan dan pelaporan yang aman bisa menciptakan perubahan besar. Inilah saatnya kita bangkit dan bertindak bersama,” tutupnya. (Adv)

Example 300250