19/10/2023
SAMARINDA – Presiden Jokowi mengeluarkan edaran baru, kini Kampung Keluarga Berencana (KB) berganti nama menjadi Kampung Keluarga Berkualitas (Kampung KB) yang dimana cakupannya lebih luas mulai dari kesehatan, pendidikan, ekonomi, hingga pembangunan. Sehingga tidak hanya mengajak masyarakat ikut ber-KB atau menggunakan alat kontrasepsi, melainkan juga turut cegah stunting dan perencanaan berkeluarga yang mengambil persepsi dari berbagai sektor baik pemerintahan hingga swasta terkait..
Kampung KB merupakan inovasi strategis untuk dapat mengimplementasikan kegiatan prioritas program pembangunan keluarga, kependudukan dan keluarga berencana di lapangan. Pada Kampung KB terdapat rumah data kependudukan (rumah dataku) dan dapur sehat atasi stunting (Dashat) itu semua komponen yang melekat pada keberadaan Kampung KB
Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kota Samarinda turut menyelenggarakan sosialisasi terkait dapur sehat guna cegah stunting, pada berbagai kelurahan hingga sekolahan.
Plt Kepala Bidang Pengendalian Penduduk, Penyuluhan dan Penggerakan (Dalduk P2) Mokhamad Tabiin, mengatakan, pihaknya telah melakukan sosialisasi dan edukasi pada 59 kelurahan semuanya sudah tercatat sebagai Kampung KB, kegiatan ini digalakkan demi terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas secara menyeluruh.
“Berbagai macam program bervariasi mulai dari sosialisasi wawasan kependudukan dan tentang pentingnya perkembangan penduduk yang harus diantisipasi dengan sebuah perencanaan, agar dapat menjawab tantangan zaman yang makin maju,” ungkap pria yang akrab disapa Tabi’in ini.
Mengenai perencanaan berkeluarga kami memiliki yang namanya aplikasi Elektronik Siap Nikah dan Siap Hamil (Elsimil) ini merupakan inovasi dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bertujuan untuk menekan angka stunting, gunanya ditujukan kepada calon pengantin yang terdiri atas kesiapan pranikah, kesiapan kehamilan, kesehatan reproduksi, kontrasepsi dan cegah kanker.
“Karena nantinya Elsimil bisa untuk mendeteksi faktor risiko pada calon pengantin isinya seperti biodata, berat badan, tinggi badan, Hb, lingkar lengan atas hingga informasi tentang paparan asap rokok,” jelasnya.
Pencegahan anak stunting memang lebih efektif ketimbang memperbaiki anak yang sudah stunting, maka dari itu untuk mengawal para ibu hamil nantinya agar tidak stunting BKKBN membentuk Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang tugasnya mendampingi, mendata balita dan ibu hamil serta memberikan konsultasi kepada mereka.
“BKKBN telah memiliki data, ternyata ada beberapa faktor yang mendukung terjadinya stunting seperti air minum tidak layak dan kekurangan makanan yang terjadi di Kecamatan Samarinda Seberang dan Loa Janan Ilir,” ucapnya
Air minum yang tidak layak ketika diminum oleh ibu hamil dan balita dapat mengganggu pertumbuhan janin dan tumbuh kembangnya. Bersamaan dengan itu, salah satu upaya penurunan stunting adalah dengan meluncurkan program Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat), merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam upaya pemenuhan gizi seimbang bagi keluarga berisiko stunting, terutama dari keluarga kurang mampu.
“Kami telah melakukan kegiatan yang berlangsung secara berkesinambungan untuk memberikan dampak yang lebih besar bagi masyarakat, melalui aksi ‘Ayo Etam Bebagi Tigu’ yang bisa diartikan ayo kita berbagi telur, yang mana inovasi dari gema semesta,” ungkapya.
Target penurunan kasus stunting di Indonesia hingga tahun 2024 sebesar 114 persen, dengan penurunan tahunan sebesar 2,7 persen. Namun, data dari puskesmas di Samarinda masih memiliki angka sekitar 25 persen. “Kami tentu akan melibatkan seluruh potensi yang ada pada kecamatan, kelurahan hingga RT untuk mencapai kota bebas stunting,” pungkasnya.(HFS/BN)