11/11/2023
SAMARINDA, Berita Nusantara.co – Merenungkan kembali tingginya kasus bunuh diri secara nasional pada tahun ini membuat sejumlah psikiater dan psikolog meningkatkan atensinya dalam bertugas, tak terkecuali psikiater di Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Atma Husada Mahakam. Guna meningkatkan kesadaran masyarakat untuk lebih menjaga kesehatan mentalnya terutama pada gangguan depresi.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) memprediksi depresi akan menjadi masalah gangguan kesehatan utama. Bunuh diri yang menjadi isu lanjutan, jadi topik kesehatan serius. Pada 2019 diperkirakan ada 800 ribu orang meninggal akibat bunuh diri di seluruh dunia. Ada 55 persen orang depresi yang memiliki ide untuk bunuh diri.
Dokter Yenny Sp.Kj RSJD Atma Husada Mahakam mengatakan maraknya kejadian bunuh diri ini membuat dari segi pelayanan klinis kunjungan pasien datang berobat meningkat secara signifikan, saat ini jumlah kunjungan pasien depresi yang melakukan rawat jalan sebanyak 831 jiwa, sementara rawat inap sebanyak 49 jiwa. “Artinya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan jiwanya juga berkembang, namun dari sisi negatifnya tekanan hidup di dunia saat ini sangat luar biasa, yang tidak diimbangi dengan manajemen stres yang baik,” ucapnya.
Belakangan ini yang disorot kebanyakan anak muda, itu semua disebabkan oleh perkembangan jaman yang begitu cepat, para anak muda saat ini digempur habis-habisan oleh perubahan yang tiada ujungnya. “Tuntutan ekspektasi mereka semakin besar, dan para orang tua sering kali tidak bisa mengimbangi cara berpikir, sudut pandang, keinginan, harapan anak-anak mudanya, karena perbedaan yang begitu jomplang,” ungkapnya.
Lalu penyebab selanjutnya ialah individualisme, sangat berpengaruh besar terhadap kejadian depresi yang semakin meningkat. “Semisal seperti orang yang kelihatannya memiliki banyak teman di media sosial atau hanya sekadar akrab di permukaan, namun tidak memiliki teman untuk bercerita mengenai kehidupan pribadi, ini juga salah satu pemicu depresi yang paling banyak,” tukasnya.
Menilik kehidupan saat ini jarang sekali orang memiliki persahabatan yang memiliki kedekatan intens dan bisa mengungkapkan segala keluh kesah. “Pentingnya untuk berbagi cerita, mengungkapkan permasalahannya, perasaannya perlu adanya orang lain akan hal itu yang mana untuk membantu dalam mencegah rusaknya jiwa kita,” terangnya.
Walaupun tidak hanya depresi penyebab bunuh diri masih banyak yang lainnya, di antaranya putus asa dan ingin mengakhiri hidup, namun ada juga yang disebabkan oleh gangguan psikotik, merupakan gangguan dalam menilai realita, seperti adanya halusinasi dengar yang mengisyaratkan untuk bunuh diri. “Seperti ada yang mengatakan, ia berdosa, ia tidak berguna, ia harus menebus sesuatu dengan nyawanya dan seterusnya, ini semua membuat orang terdorong untuk bunuh diri,” ucap dr Yenny Sp.Kj ini.
Namun yang paling besar pengaruhnya terhadap kejadian bunuh diri ialah depresi, yang mana diartikan sebagai gangguan perasaan paling berbahaya jika tidak segera ditangani dengan baik. Biasanya minimal terjadi selama dua minggu yang mana akan mendapati adanya suasana hati yang sedih, murung, kehilangan minat dan kegemaran, cepat lelah, tidak bersemangat dalam menjalani hidup.
“Ketika depresi semua minat dan rutinitas yang rutin dilakukan itu lenyap, hambar rasanya,” ungkapnya.
Orang selama depresi cenderung sangat pasif dan mudah kelelahan, merasa sendirian, merasa bahwa tidak ada lagi pertolongan jika dibiarkan selama lebih dari dua minggu akan berakibat fatal. Sehingga banyak menimbulkan mispersepsi, masyarakat justru mengatakan kurangnya iman dan harus banyak beribadah.
“Bagaimana mungkin mau melakukan ibadah dan berdoa, bagi yang menderita depresi sangat mau melakukan itu, namun untuk melakukan hal sederhana seperti mandi saja akan susah sekali, karena tidak adanya energi.” tuturnya.
Orang depresi butuh dukungan yang besar dari lingkungannya, untuk menariknya dari fase itu.
“Biasanya kami akan memberikan obat tertentu agar moodnya menjadi lebih baik, jika sudah berhasil lalu kami berikan terapi lanjutan seperti terapi keagamaan, healing ke tempat wisata, dan lainnya.
“Ini semua dilakukan untuk membantu mereka untuk keluar dari lingkaran setan tersebut, karena sering kali orang depresi sangat menutup diri,” ucapnya.
Kasus bunuh diri banyak terjadi pada mahasiswa akhir-akhir ini, dalam tiga bula terakhir ini memang banyak terjadi di beberapa tempat di Indonesia. Banyak yang menjadi penyebabnya mulai dari persoalan asmara, pertemanan hingga tugas akhir kuliah seperti skripsi, ada persoalan serupa, tetapi hanya sebagian kecil yang bunuh diri.
“Semoga ke depannya orang lebih sadar dalam memanusiakan orang lain, di Samarinda sudah banyak menyediakan fasilitas konseling yang bisa digunakan mahasiswa saat membutuhkan teman cerita, apa pun masalahnya,” pungkasnya.
(HFS/BN)